Riwayat K.H. Abdul Hamid Pasuruan
POSOAN
Romadhon tahun 1982, kebetulan saya diajak oleh kawan saya untuk
"Posoan" (Pondok Romadhon) Alhamdulillah bilamana saja
kawan-kawan saya kala itu tidak mengajak ke Pondok ini, mungkin sampai
sekarangpun tidak pernah sampai berjumpa dengan Beliau Kyai Hajji Abdul Hamid
ini, karena karakter saya ini suka menyendiri tidak suka bepergian Dan Beliu
sekarang sudah tidak di Bumi yang fana ini. Kami bertiga bersahabat sejak di
Madrosah Tsanawiyah di desa kami, tetapi kali ini berpisah dalam rangka
meneruskan Jenjang Pendidikan yang berbeda. Saya meneruskan sekolah
swasta di Tuban Kota, sedangkan kedua sohabatku satu di Pon Pes Langitan Tuban
dan yang satunya lagi di Pon Pes Den Anyar Jombang. Kami bertiga berangkat tiga
hari sebelum masuk bulan Romadhon,. Sesampai di Pondok Kyai Hamid (lupa nama
Pondoknya : yang jelas lebih-kurang 100M. Jl. Jawa ke arah Barat Daya
Masjid Jami' Pasuruan). Di Sana ternyata banyak Kawan kawan baru sedaerah
tatapi tidak saling kenal bahkan ada
yang jadi saudara sepupu Istri saya Umam"
dari Panyuran Tuban (sekarang telah meningal dunia 'semoga Allah S.W.T.
mengampuni dosa2nya).. sedangkan kedua kawanku ini sudah punya
kesepakatanketemuan lagidengan sobat-sobatnya di Pondok Den Anyar Jombang, dan
kawan dekatnya Putra Kyai Langitan (koncone koncoku). Dan saya turut
serta nimbrung bertemanan dengan kawan mereka dari Pondok asal mereka Den
Anyar. Alhamdulillah dapat kawan baru.Yang saya ingat "Ridhwan" dari
Gresik (lupa kampunnya). tatapi kemana mana kami pergi selalu bertiga , buka Puasa,
makan Sahur (berpisahnya masuk Kamar Mandi). sholat Jum'at ke Masjid Jami'
Pasuruan berjalan lebih-kurang 100M. ke Timur Laut.
Dalam mengikuti
Program Pengajian Romadhon inilah kami bertiga yang berbeda. yang dari Langitan
mengikuti Tafsir Jallalain, Fathul Mu'in sedangkan kami berdua hanya Fathul
Qorib dan Sulam Safinah setelah sholat Dhuhur. dan dilanjutkan sholat 'Ashar
berjama'ah dilanjutkan membaca Al-Qur-an sendiri-sendiri sampai menjelang buka
Puasa
bersama-bersama
mendengarkan tausiyah dari salah seorang Kyai (Habib : lupa namanya). Kalau
nggak salah Habib Idris atau Habib Idrus yang didampingi Oleh mBah Kyai Hajji
Abdul Hamid hingga bedug Maghrib tiba, dan buka bersama (sekedar membatalkan
puasa). Sholat maghrib terus do'a. Posoan ini berlangsung hingga menjelang hari
lebaran tiba. Namun Karena bekal kami tak mencukupi itu, maka pas setelah
17hari (17Romadhon) kami mohon pamit dan Showan Kepada Kyai Abdul Hamid. Sa'at
inilah kami bertiga berhadapan Panjenenganipun Mbah Yai. Salah seorang kawan saya
ada yang diberi uang " Iki Lho kanggo lungo kaji" (Ini lho untuk
pergi hajji)". Ngedikane mBah Yai sambil memberikan uang sebesar Rp.
500.(uang 500 rupiah saat itu belum dapat apa2,
apalagi
sekarang!) bahwa itulah suatu keistimewaan (Ma'rifat) yang ada pada beliau,
tidak dimiliki oleh orang2 biasa. Dan ternyata betul memang..!
lebih kurang
1tahun, kawan kami pergi hajji. Tetapi Kawan saya pada saat itu juga ditegur
secara halus, sambil tersenyum. Beliau menarik sehelai jenggot dari kawan
saya sambil ngendiko "Sakit...!?".
Beliau lahir di
Lasem Rembang propinsi Jawa tengah namalengkapnya adalah Abdul Hamid bin
abdulloh bin Umar basyaiban ba’alawi dan masih ada nasab dari Rosululloh SAW.
Sejak kecil beliau di didik langsung oleh ayahnya hingga usia 15 tahun dan di
masukan ke pondok pesantren Tremas pacitan.Beliau kembali kepasuruan dan
berguru dengan Habib ja’far bin syaikhon Assegaf, disinilah beliau mulai dan
mungkin mengasah diri dengan pancaran ruhhul ilahiyah yang begitu cemerlang. di
Pasuruan ini pula beliau semakin mendekatkan diri pada kalangan ulama dan
habaib kususnya dengan Habib Ja’far assegaf yang merupakanguru utama beliau.
bersama habib ja`far inilah potensi spiritual beliau
semakin terasa,
hal ini diakui oleh habib ja`far bahwa dibanding murid yang lain, kyai hamid
memiliki keunggulan tersendiri yang sangat sulit dicapai oleh orang lain.
kekaguman dan kepercayaan habib ja`far diwujudkan dengan dipercayakanya Kyai
Hamid untuk menjadi imam sholat Maghrib dan isya` di kediaman habib ja`far, meski
demikian kyai hamid tetap tidak mengurangi takzim beliau kepada sang guru,
begitu merendahnya kyai hamid dihadapan habib ja`far ibarat penda ditangan
pemiliknya, Pena tidak akan bergerak jika tidak digerakan pemiliknya, demikian
juga kyai hamid keberadaanya seakan hilang dan menyatu dengan habib ja`far.
keunggulan kyai hamid di bidang keilmuan mungkin dapat diungguli oleh orang
lain, namun dua hal menjadi kelebihan tesendiri bagi kyai hamid adalah sifat
zuhud dan tawadhu yang jarang dimiliki oleh orang lain. bahkan ketika habib
ja`far wafat ketika ziaroh ke makam habib ja`far kyai hamid sangking
takzimnya dan tawadu nya tidak berani duduk lurus pada posisi kepala tapi
selalu duduk pada posisi kaki habib ja`far. inilah sifat tawaddhu beliau yang
sangat tinggi.
Karomah
kewaliaan yang diberikan Alloh swt kepada beliau sudah tampak ketika beliau
masih hidup suatu ketika ada seseorang meminta nomer togel kepada Kyai Hamid.
oleh kyai hamid diberi dengan syarat jika dapat uangnya harus dibawa kehadapan
kyai hamid. Dan oleh orang tersebut dipasanglah nomer tersebut dan menang. Uang
nya dibawa kehadapan kyai hamid. oleh kyai uang tersebut dimasukan ke dalam
bejana dan disuruh melihat apa isinya. dan terlihat isinya darah dan belatung.
kyai hamid berkata “tegakah saudara memberi makan anak istri saudara dengan
darah dan belatung?”. orang tersebut menangis dan pulang kemudian bertobat.
setiap pergi ke manapun kyai hamid selalu didatangi oleh umat, yang berduyun
duyun meminta doa padanya. bahkan ketika naik haji ke Makkah pun banyak orang
tak dikenal dari berbagai bangsa yang datang dan berebut mencium tangannya.
darimana orang tau tentangd erajat Kyai Hamid? mengapa orang selalu datang
memuliakanya?konon inilah keistimewaan beliau, beliau derajatnya ditinggikan oleh
Allah SWT.
yang jadi saudara sepupu Istri saya Umam" dari Panyuran Tuban (sekarang telah meningal dunia 'semoga Allah S.W.T. mengampuni dosa2nya).. sedangkan kedua kawanku ini sudah punya kesepakatanketemuan lagidengan sobat-sobatnya di Pondok Den Anyar Jombang, dan kawan dekatnya Putra Kyai Langitan (koncone koncoku). Dan saya turut serta nimbrung bertemanan dengan kawan mereka dari Pondok asal mereka Den Anyar. Alhamdulillah dapat kawan baru.Yang saya ingat "Ridhwan" dari Gresik (lupa kampunnya). tatapi kemana mana kami pergi selalu bertiga , buka Puasa, makan Sahur (berpisahnya masuk Kamar Mandi). sholat Jum'at ke Masjid Jami' Pasuruan berjalan lebih-kurang 100M. ke Timur Laut.
Subhanalloh..
BalasHapus