Cari Blog Ini

Senin, 08 Agustus 2011

Alm. Kyai Hajji Murtadji (Moertadji) Tuban : Sekelumit Kisah


Alm. mbah K H Murtaji Bersama Istri mbah Malikah
  Saya memulai nulis ini dengan bacaan "Bismillaahir Rohmanir Rokhim",  karena terbersit hanya ingin kembali mengenang  tentang perjuangan beliau yaitu Alm. Kyai Hajji Murtadji Tuban dimasa hidupnya. Karena dalam pepatah “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawanya”.

Alm. KH. Moertadji,  cucu2nya &
Anak Menantu Alm. KH Hasanuddin
    Sesungguhnya saya hanyalah orang biasa pada umumnya yang hanya bisa menulis, meniru/menyalin, atau dalam dunia internet " Copy Paste", atau sederajat anak2 TK atau Sd kelas 1 saja. Beberapa hari yang lalu saya mencoba mencari tahu  di dunia maya ini, tentang Profil Kyai Murtadji, agar bisa melengkapi atau akan saya sadur sebagai bahan  literatur tentang tulisan ini. namun apa boleh dikata nihil hasilnya. Ataukah  barang kali saya yang  tidak bisa nelusuri  dimanakah alamat websitenya.  Dengan rendah hati, saya memulai nulis ini dengan harapan mudah2an bermanfa'at khususnya bagi diri saya sendiri dan orang lain pada umumnya. Saya sadar sesungguhnya saya belum bisa nulis sebaik para visitor yang ada disini, sehingga apabila ada pengunjung bersedia membantu tentang profil Kyai Murtadji, silakan kirim ke email ini supaya bisa komplit, tidak morat-marit, lebih terarah bahkan ada literatur yang mendukungnya.

                         
Superpendek sejarah Kyai Hajji Murtadji Tuban (Mantan ketua syuriah)

   Kyai Hajji Murtadji bin Rifa'i dilahirkan di Kec. Lasem Kab. Rembang Jawa Tengah di sekitar tahun 1910an. Beliau berguru  kpada Alm.KH. M. Ma’shum Ahmad Lasem (1878~1972), yang merupakan tempat banyak para kyai telah menimba ilmu disana (karena saya Tuban).  Kyai murtadji  semasa menimba ilmu disana (Pondoknya Kyai Hajji Ma’shum) tergolong sudah tua dibanding dengan kawan2nya. Walau terlalu tua untuk kelasnya, namun bukan anak yang bodoh, melainkan malah menjadi panutan bagi kawan kawannya.
Alm. mbah Kyai Hajji Ma'shum Ahmad Lasem      
   Beliu nikah dengan Sholihah Putri Kyai Hajji Sholeh (Imam Masjid desa Rengel, kec. Rengel  Tuban), dikaruniai 2 putra dan 2 putri, Siti Marfua’ah (Ny. Kyai  Hasanuddin di desa Punggul Rejo kec. Rengel Tuban), Jawahir, Jauhari  dan Siti Ma’rufah di Jakarta. Pada saat itu adalah jaman pergolakan perebutan kekuasaan kembali (perjuangan 45), Ny. Kyai Murtadji  gugur sebagai korban atas biadab tentara belanda. Kemudian Kyai murtadji menikah lagi dengan adik iparnya Malikah binti Kiyai Sholih Rengel yang sa’at itu telah berstatus janda dari Alm. Kyai Ahsan Plumpang Tuban yang telah dikaruniai dua putra Asyhada (Surabaya) dan Asyhar (Kertosono).  Pernikahan belau  dengan Ibu Malikah, tlah dikaruniai 6 anak, 4putra dan 2putri salah satunya adalah Ny. Kyai Kholilur Rohman (ketua syuriah NU Tuban) yang tidak lain adalah saudara sepupunya.

Sekelumit kisah (bukan autobiografi/biografi) Kyai Hajji Murtadji
   Kyai Murtadji  semasa di Rengel  saat itu tidak  mengundang polemic, sebagai menantu seorang kyai suka berjudi dengan orang yang belum islam, Yakni belum syahadat.  sa’at itu islam (santri) sudah ada, namun kesadaran masyarakat sekitar Rengel  tidaklah banyak, dan mungkin Indonesia pada umumnya.  Dulu di depan ngerong Rengel (sekarang  :  tempat wisata) ada sebuah surau orang menyebutnya “Langgar “ (sekarang Langgar Wakaf Al-Musthofa ),  yang bersebelahan dengan sebuah gardu yang sa’at itu setiap sore hari habis ashar  (bukan habis sholat) hingga tengah malam tempat itu digunakan judi (kopik). Mereka tak peduli suara adzan sedang dikumandangkan. Kyai  Murtadji jebolan pondokan (saat itu sebagai belum disebut sebagai kyai) merasa geram dihatinya , kalau dibiarkan akan berlarut-larut kalau dihentikan akan ribut. Murtadji muda terbersit ingin memerangi perbuatan itu.  Entah apa rencanaya namun esoknya malah turut serta di ajang arena perjudian  (keplekaan). Walhasil  saat itu menang. Semua uang taruhan menjadi miliknya . Esoknya kembali dilakukan, menang lagi. Menang lagi. Dan meenang lagi.  Tapi itu semua bukan tujuan akhir dari sebuah tujuan. Melainkan  tekad  bulat untuk memerangi satu persatu dari kebodohan dan maksiyat.  Oarng lain akan mengira bahwa beliau hanya mencari keuntugan materi belaka. Namun itu semua keliru.  Ada target istimewa kemenangan dikemudian hari.  Orang berjudi kok ada istimewa dikemudian hari. Apa itu !!?
     Dibalik kemenangan2nya itu menimbulkan tanda Tanya dari sang jagoanya di tempat ajang perjudian itu “Ada apa dengan dia?”.
     Karena sangat ngebetnya  “apa rahasianya Ji ? “ . Tanya sang jagoannya  dengan menyebut panggilan akrab beliau dikala muda
“ sampean mau ..?” Beliau menjawabnya dengan senang hati,  dan timbul dibenaknya  “wah,  bakal sukses rencanaku”
“ Mau, mau” jawab mereka kompak sekali.
 “ kalau sampean semua mau… , “ mari ikuti saya sambil mengajak mereka yang penasaran dibawanya masuk di sebuah surau yang bersebelahan dengan gardu (pos ronda).
   “Mau apaan nikh.., mau tidur, apa semedi  ya…!!?” mereka tanya dengan mengira-ngira saja.
Enak aja…!! Jawab Kyai murtadji  “kamu mau sungguh2 nggak ?!”
  “ya ya… mau”.
 Mari ikuti saya “ Asyhadu…” Kyai Murtadji mengucapkanya denngan berharap segera  menirukanya.
“Asadul… asadul..  asadul .. “ susah sekali menirukannya.
 dan cerita singkatnya diteruskan “allaa ilaaha illallaa..h”
    Karena asli lidah jawa kental yang asli sekali, maka susah sekali untuk menirukannya. Dan kelanjutanya  terucap  “ala..  “ dan “ ilolah’.
   Hanya karena hidayah Allah mereka semua,  tidak berjudi hanya dikala saat berkumandang  azan saja.  bahkan tidak sama sekali.
    Karena saat itu tidak seperti  jaman sekarang, dunia masih sepi dan media komunikasipun  tidak ada, maka polemic itu tidaklah begitu ada.
______________________________________________________________________________
Gus Mujib bin Alm. Kyai Hajji Hasanuddin, adalah salah satu diantara cucu beliu, yang telah menceritakan sekelumit kisah kyai murtadji muda ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEROLEHAN MEDALI ASIAN GAMES 2018


RANK

NEGARA

EMAS

PERAK

PRUNGGU

TOTAL

1

China

132

92

65

289

2

Japan

75

56

74

205

3

Rep. of Korea

49

58

70

177

4

Indonesia

31

24

43

98

5

Uzbekistan

21

24

26

71

6

Iran

20

20

22

62

7

Chinese Taipei

17

19

31

67

8

India

15

24

30

69

9

Kazakhstan

15

17

44

76

10

DPR Korea

12

12

13

37

11

Bahrain

12

7

7

26

12

Thailand

11

16

46

73

13

Hong Kong, China

8

18

20

46

14

Malaysia

7

13

16

36

15

Qatar

6

4

3

13

16

Mongolia

5

9

11

25

17

Vietnam

4

16

18

38

18

Singapore

4

4

14

22

19

Philippines

4

2

15

21

20

United Arab Emirates

3

6

5

14

21

Kuwait

3

1

2

6

22

Kyrgyzstan

2

6

12

20

23

Jordan

2

1

9

12

24

Cambodia

2

0

1

3

25

Saudi Arabia

1

2

3

6

26

Macau, China

1

2

2

5

27

Iraq

1

2

0

3

28

Korea

1

1

2

4

29

Lebanon

1

1

2

4

30

Tajikistan

0

4

3

7

31

Laos

0

2

3

5

32

Turkmenistan

0

1

2

3

33

Nepal

0

1

0

1

34

Oman

0

1

0

1

35

Pakistan

0

0

4

4

36

Afghanistan

0

0

2

2

37

Myanmar

0

0

2

2

38

Syria

0

0

1

1

39

Bangladesh

0

0

0

0

40

Bhutan

0

0

0

0

41

Brunei Darussalam

0

0

0

0

42

East Timor

0

0

0

0

43

Maldives

0

0

0

0

44

Palestine

0

0

0

0