Cari Blog Ini

Senin, 23 Mei 2011

EBIET G. ADE - Penghargaan



Meski bisa membuat puisi, ia mengaku tidak bisa apabila diminta sekedar mendeklamasikan puisi. Dari ketidakmampuannya membaca puisi secara langsung itu, Ebiet mencari cara agar tetap bisa membaca puisi dengan cara yang lain, tanpa harus berdeklamasi. Caranya, dengan menggunakan musik. Musikalisasi puisi, begitu istilah yang digunakan dalam lingkungan kepenyairan, seperti yang banyak dilakukannya pada puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Beberapa puisi Emha bahkan sering dilantunkan Ebiet dengan petikan gitarnya. Walaupun begitu, ketika masuk dapur rekaman, tidak sebiji pun syair Emha yang ikut dinyanyikannya. Hal itu terjadi karena ia pernah diledek teman-temannya agar membuat lagu dari puisinya sendiri. Pacuan semangat dari teman-temannya ini melecut Ebiet untuk melagukan puisi-puisinya.


Karier Ebiet G. Ade
Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan Kusbini. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di Jawa Tengah, memusikalisasikan puisi-puisi karya Emily Dickinson, Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh Umbu Landu Paranggi) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di Jackson Record pada tahun 1979.

Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton, maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta. Ia melalui rekaman demi rekaman dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di Filipina untuk mencapai hasil yang lebih baik, yakni album Camellia III. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam bahasa Jepang, ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana.

Pernah juga ia melakukan rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat, untuk album ke-8-nya Zaman. Ia menyertakan Addie M.S. dan Dodo Zakaria sebagai rekan yang membantu musiknya.

Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983. Sekitar 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, perusahaan rekam yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri EGA Records, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah.

Sayang, pada tahun 1990, Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih "bertapa" dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada tahun 1995 ia mengeluarkan album Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh Ian Antono, Billy J. Budiardjo (alm), Purwacaraka, dan Erwin Gutawa) dan CintaSebening Embun (didukung oleh Adi Adrian dari KLa Project). Pada tahun 1996 ia mengeluarkan album Aku Ingin Pulang (didukung oleh Purwacaraka dan Embong Rahardjo). Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album Gamelan yang memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan musik gamelan oleh Rizal Mantovani. Pada tahun 2000 Ebiet mengeluarkan album Balada Sinetron Cinta dan tahun 2001 ia mengeluarkan album Bahasa Langit, yang didukung oleh Andi Rianto, Erwin Gutawa dan Tohpati. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama 5 tahun ke depan.

Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album Kita Untuk Mereka, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana.

Pada tahun 2007, ia mengeluarkan album baru berjudul In Love: 25th Anniversary (didukung oleh Anto Hoed), setelah 5 tahun absen rekaman. Album itu sendiri adalah peringatan buat ulang tahun pernikahan ke-25-nya, bersama pula 13 lagu lain yang masih dalam aransemen lama. [7]

Kemunculan kembali Ebiet pada 28 September 2008 dalam acara Zona 80 di Metro TV cukup menjadi obat bagi para penggemarnya. Dengan dihadiri para sahabat di antaranya Eko Tunas, Ebiet G Ade membawakan lagu lama yang pernah popular pada dekade 80-an.


Keluarga
Menikah dengan Koespudji Rahayu Sugianto (atau lebih dikenal sebagai Yayuk Sugianto, kakak penyanyi Iis Sugianto) pada tanggal 4 Februari 1982, ia dikaruniai 4 anak, 3 laki-laki dan 1 perempuan: 
1. Abietyasakti "Abie" Ksatria Kinasih (lahir 8 Desember 1982) 
2. Aderaprabu "Dera" Lantip Trengginas (lahir 6 Januari 1986) 
3. Byatriasa "Yayas" Pakarti Linuwih (lahir 6 April 1987) 
4. Segara "Dega" Banyu Bening (lahir 11 Desember 1989).

Mereka bertempat tinggal di kawasan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Anak sulung Ebiet, Abie juga memiliki bakat musik, dan sering mewakili Ebiet dalam mengecek sound system menjelang ayahnya manggung. Ebiet juga seorang penggemar golf, namun sejak terjadinya bencana tsunami 2004, ia tidak pernah lagi main golf.

Diskografi
Tidak seluruh album yang dikeluarkan Ebiet G. Ade berisi lagu baru. Pada tahun-tahun terakhir, ia sering mengeluarkan rilis ulang lagu-lagu lamanya, baik dengan aransemen asli maupun dengan aransemen ulang. Dan pada tahun-tahun terakhir Ebiet banyak memilih berkolaborasi dengan musisi-musisi berbakat.

Jumlah album kompilasinya yang dikeluarkan melebihi album studionya. Sejauh ini terdapat sedikitnya 25 album kompilasinya yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan rekam.

Album studio
Camellia I (1979)
Camellia II (1979)
Camellia III (1980)
Camellia 4 (1980)
Langkah Berikutnya (1982)
Tokoh-Tokoh (1982)
1984 (1984)
Zaman (1985)
Isyu! (1986)
Menjaring Matahari (1987)
Sketsa Rembulan Emas (1988)
Seraut Wajah (1990)
Kupu-Kupu Kertas (1995)
Cinta Sebening Embun (1995)
Aku Ingin Pulang (1995)
Gamelan (1998)
Balada Sinetron Cinta (2000)
Bahasa Langit (2001)
In Love: 25th Anniversary (2007)
Masih Ada Waktu (2008)
Tembang Country 2 (2009)

Kompilasi
Lagu-Lagu Terbaik I Ebiet G. Ade (1987)
Lagu-Lagu Terbaik II Ebiet G. Ade (1987)
Lagu-Lagu Terbaik III Ebiet G. Ade (1987)
Lagu-Lagu Terbaik IV Ebiet G. Ade (1987)
20 Lagu Terpopuler Ebiet G. Ade (1988)
Perjalanan Vol. I (1988)
Perjalanan Vol. II (1988)
Seleksi Album Emas (1990)
Seleksi Album Emas II (1994)
16 Lagu Puisi Cinta Ebiet G. Ade (1995)
Kumpulan Lagu-Lagu Religius (1996)

Hidupku MilikMu - Kumpulan Lagu-Lagu Religius Vol. II (1996)
21 Tembang Puisi Dan Kehidupan (1996)
20 Lagu Terpopuler (1997)
Lagu-Lagu Terbaik (1997)
Renungan Reformasi (1997)
16 Koleksi Terlengkap Ebiet G. Ade (1997)
12 Lagu Terbaik Ebiet G. Ade (1979-1986; 1997)
12 Lagu Terbaik Ebiet G. Ade Volume II (1979-1986; 1997)
Ilham Seni (1998)
Best of the Best (1999)
Hidupku MilikMu - Kumpulan Lagu-Lagu Religius Vol. II (1996)
21 Tembang Puisi Dan Kehidupan (1996)
20 Lagu Terpopuler (1997)
Lagu-Lagu Terbaik (1997)
Renungan Reformasi (1997)
16 Koleksi Terlengkap Ebiet G. Ade (1997)
12 Lagu Terbaik Ebiet G. Ade (1979-1986; 1997)
12 Lagu Terbaik Ebiet G. Ade Volume II (1979-1986; 1997)
Ilham Seni (1998)
Best of the Best (1999)
Akustik (2001)
Balada Country (2002)
M. Nasir vs Ebiet G. Ade - Penyair Nusantara (2002)
Nyanyian Cinta (2003)
Tembang Renungan Hati (2003)
Tembang Slow (2004)
Kumpulan Lagu-Lagu Terbaik (2004)
22 Lagu Hits Sepanjang Masa (2005)
Yogyakarta (2006)
Tembang Cantik (2006)
Akustik (2001)
Balada Country (2002)
M. Nasir vs Ebiet G. Ade - Penyair Nusantara (2002)
Nyanyian Cinta (2003)
Tembang Renungan Hati (2003)
Tembang Slow (2004)
Kumpulan Lagu-Lagu Terbaik (2004)
22 Lagu Hits Sepanjang Masa (2005)
Yogyakarta (2006)
Tembang Cantik (2006)

Lagu dari album lain 
Untuk Anakku Tercinta (1983)
Surat Dari Desa (1987) dalam album Lomba Cipta Lagu Pembangunan 1987.
Berita kepada Kawan (1995; versi duet dengan M. Nasir)
Mengarungi Keberkahan Tuhan (2007; ditulis bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)

Penghargaan
Ebiet G. Ade telah menerima sejumlah penghargaan, antara lain :

1. 18 Golden dan Platinum Record dari Jackson Record dan label lainnya dari album Camellia I hingga Isyu!
2. Biduan Pop Kesayangan PUSPEN ABRI (1979-1984)
3. Pencipta Lagu Kesayangan Angket Musica Indonesia (1980-1985)
4. Penghargaan Diskotek Indonesia (1981)
5. 10 Lagu Terbaik ASIRI (1980-1981)
6. Penghargaan Lomba Cipta Lagu Pembangunan (1987)
7. Penyanyi kesayangan Siaran Radio ABRI (1989-1992)
8. BASF Awards (1984 - 1988)
9. Penyanyi solo dan balada terbaik Anugerah Musik Indonesia (1997)
10. Lagu Terbaik AMI Sharp Award (2000)
11. Planet Muzik Awards dari Singapura (2002)
12. Penghargaan Lingkungan Hidup (2005)
13. Duta Lingkungan Hidup (2006)
14. Penghargaan Peduli Award Forum Indonesia Muda (2006)
15. Sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga independen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEROLEHAN MEDALI ASIAN GAMES 2018


RANK

NEGARA

EMAS

PERAK

PRUNGGU

TOTAL

1

China

132

92

65

289

2

Japan

75

56

74

205

3

Rep. of Korea

49

58

70

177

4

Indonesia

31

24

43

98

5

Uzbekistan

21

24

26

71

6

Iran

20

20

22

62

7

Chinese Taipei

17

19

31

67

8

India

15

24

30

69

9

Kazakhstan

15

17

44

76

10

DPR Korea

12

12

13

37

11

Bahrain

12

7

7

26

12

Thailand

11

16

46

73

13

Hong Kong, China

8

18

20

46

14

Malaysia

7

13

16

36

15

Qatar

6

4

3

13

16

Mongolia

5

9

11

25

17

Vietnam

4

16

18

38

18

Singapore

4

4

14

22

19

Philippines

4

2

15

21

20

United Arab Emirates

3

6

5

14

21

Kuwait

3

1

2

6

22

Kyrgyzstan

2

6

12

20

23

Jordan

2

1

9

12

24

Cambodia

2

0

1

3

25

Saudi Arabia

1

2

3

6

26

Macau, China

1

2

2

5

27

Iraq

1

2

0

3

28

Korea

1

1

2

4

29

Lebanon

1

1

2

4

30

Tajikistan

0

4

3

7

31

Laos

0

2

3

5

32

Turkmenistan

0

1

2

3

33

Nepal

0

1

0

1

34

Oman

0

1

0

1

35

Pakistan

0

0

4

4

36

Afghanistan

0

0

2

2

37

Myanmar

0

0

2

2

38

Syria

0

0

1

1

39

Bangladesh

0

0

0

0

40

Bhutan

0

0

0

0

41

Brunei Darussalam

0

0

0

0

42

East Timor

0

0

0

0

43

Maldives

0

0

0

0

44

Palestine

0

0

0

0